Sudut Pandangku
Tanpa kau sadar, sedari tadi aku tlah memperhatikanmu. Semenjak minggu lalu, hari lalu, jam lalu, menit lalu, dan detik lalu. Tiap gerak-geriknya mencerminkan bahasa yang tak pernah bisa dipahami, lalu dengan rasa gelisah dan ketidaktahuan, kau pun dituangkan menjadi sebuah untaian kata. Sebuah puisi yang bermetamorfosis melalui jejak imajiku, sudut pandangku.
Engkau masih berlari-lari sedari tadi
Berpapasan sahara bermandikan matahari
Berpeluh lelah, sementara membakar diri
Segala daya upaya kau coba sanggupi
Tanpa lelah dalam hal mencari-cari
Amboi, sungguh kau adalah misteri
Engkau terus berlari-lari tiada henti
Memicing cakrawala meresapi emosi
Membasuh keringat melebur anestasi
Mengais harap membungkus rezeki
Bersayap cahaya di dalam doa nan suci
Tak menyerah terpancar kontinu dalam diri
Engkau masih berlari-lari sedari tadi
Pikirmu bertanya apa yang sedang dicari
Membongkar rasa lalu menolak mati
Kadang jatuh, lalu resah menghampiri
Namun tersungkur tiada di dalam opsi
Bagai srikandi nan sigap selalu menghadapi
Engkau tetap berlari-lari tiada henti
Tapi yang dicari tak tunjukkan diri
Pancarmu tersapu senyum menipu sepi
Terbungkus bahagia semerbak mewangi
Terpaku mantap membohongi kami
Walau tahu siapa yang pertama kan menyadari
Dirimu tetaplah teguh bak sang merpati
Engkau kini tak lagi mengejar ilusi
Yang dicari tlah sampai pada kilas tapak memori
Menepati kata didalam membuktikan janji
Mungkin telah sampai kita di tanda berhenti
Atau bukti isyaratkan engkau tuk menepi
Entahlah, semua aku kau bisa menjadi
Tersisa satu hal yang pasti
Saat engkau dan letih tak lebih sebatas mimpi
Takkan sendiri karena di kejauhan kumengawasi
Lelah menderu kan coba tuk dihadapi
Kau melawan dunia, kita mengasah diri
Menjalin takdir di setiap sudut sisi
Bermetafora jadi kita di dalam hati
Membuat kenangan semu dalam fana abadi
Tak nyata, namun terasa pasti
Aku, kau, nanti
“Hanya ada dua pilihan untuk memenangkan kehidupan: keberanian, atau keihlasan. Jika tidak berani, ikhlaslah menerimanya. Jika tidak ikhlas, beranilah mengubahnya.” (Lenang Manggala)
Sekarang canggih juga bahasa lu cuy, tapi kalo kepanjangan gini susah ngartikannya.
BalasHapus