Musik x Cermin x Hidup


Akhir-akhir ini gue menyadari suatu hal yang kelihatan sepele untuk banyak orang, namun buat gue tidak demikian. Musik? Yup! Seperti judul diatas, pada kesempatan kali ini gue pengen membahas  aliran musik yang gue sukai. Karena entah kenapa, akhir-akhir ini seringkali genre musik yang gue suka dengerin itu cenderung berubah-ubah. Kenapa? Faktor moodkah? Memang lagunya yang menarikkah? Atau mungkin ada faktor lain? Karena sedang bahagia? Sedih? Atau jatuh cinta?

Demi mencari tahu jawaban dari pertanyaan diatas, kita coba menerawang jauh kedalam memori tempo dulu…

Masih jelas di memori gue, dulu waktu gue masih duduk di bangku TK, gue suka dengerin lagu anak-anak yang memang merupakan konsumsi buat anak seumuran gue. Musik-musik yang memang pangsa pasarnya untuk kami semua. Ada trio kwek-kwek, Joshua, bondan, ada juga meisy, dan masih banyak lagi penyanyi-penyanyi cilik lainnya. Tema lagunya bermacam-macam dan seru. Instrumennya pun catchy dan nyaman di dengar di telinga kami para anak-anak kecil. Melihat fakta ini sedikit banyak membuat gue bersyukur.

Bersyukur kenapa? Karena gue pernah hidup di masa, dimana kami anak-anak kecil juga dibikinkan lagu-lagu yang cocok untuk seumuran kami. Tidak digabung pangsa pasarnya dengan elegi cinta ataupun lagu perselingkuhan. Tak ada galau sakit hati atau lagu pengusir rindu.

Karena memang gue rasa hal-hal seperti itu ga perlu sih. Kami kan cuma anak kecil yang menikmati indahnya lagu, musik, nada-nada yang membuat kami bersemangat. Tentunya tidak ingin dijejali dengan segala sesuatu hal yang memang belum waktunya kami pusingkan. Jelas, karena kami lebih memilih untuk bermain, menikmati masa-masa yang mungkin nanti akan kami rindukan. Sangat jauh berbeda bila kita bandingkan dengan jaman sekarang.

“Kasihan anak-anak jaman sekarang. Masih kecil, tapi udah hapal lagu-lagu yang bukan konsumsi untuk anak seumuran mereka… Pitiful.

Lalu saat mulai masuk SD gue mulai mengganti lagi tipikal aliran musik yang gue sukai. Berganti menjadi band-band mainstream yang menyanyikan beragam lagu yang temanya jauh semakin kompleks. Tema-tema kehidupan sehari-hari yang entah kenapa terlihat berat. 

Dari Peterpan, Ada Band, Sheila on 7, Padi, Dewa 19, dan masih ada beberapa band lagi yang gue sukai di masa-masa itu. Memang, gue belum terlalu memahami makna dari tiap lagu-lagu mereka. Tapi apa daya, gue kan cuma mencoba memahami pangsa pasar yang sedang ngetren di saat itu. Hanya mengikuti apa yang orang sukai, karena yang mereka sukai menurut gue, gue juga mesti ikutan suka.

Khususnya Peterpan, yang mungkin sampai sekarang pun gue masih suka. Lagu-lagu mereka yang easy listening dan memiliki makna yang mendalam merupakan nilai tambah bagi mereka. Belum lagi suara khas Ariel yang enak didengar. Hmmm…

Lalu semuanya berubah lagi saat gue beranjak ke bangku SMP. Gue mulai suka lagu-lagu beraliran J-Rock dan bertemakan visual key. Segala yang berbau jepang gue suka. Disaat itu gue hanya menemukan beberapa orang yang sehobi dengan gue. Jadilah gue mencoba melawan arus…

Darimana asalnya virus jepang ini? Mungkin gue menemukannya dari anime-anime dan radio yang sering gue dengar, music channel 96 FM. Mulai dari sering ngobrolin seputar anime, lalu mencari tahu lagu-lagu yang menjadi opening dan endingnya, kemudian browsing dan mencari segala sesuatunya tentang musik ini. Lagian gue punya beberapa temen buat sharing-sharing tentang hal ini. Si Niken, sepupu gue, lalu ada temen-temen SMP gue, dll. Belum lagi kartun-kartun yang sering diputar di TV, paling sering sih di Indosiar sama di Global TV. 

Gue waktu itu bener-bener tergila-gila sama hal-hal berbau jepang. Mungkin kalo di jaman sekarang gue udah dikatain wibu bau bawang kali. Gue hobi banget mengkoleksi DVD/CD anime, biasanya beli bajakan di pasar atau mamang-mamang kaset pinggiran jalan. Kalo komik? Apalagi komik, gue sampe dimarahin sama bokap dan beli diam-diam. Rela ga jajan seminggu demi nabung buat beli komik ama DVD Anime. Padahal orang-orang kayak gue di sekolah itu bisa dihitung dengan jari aja. Ga banyak.

Dan melawan arus itu menurut gue sebuah hal yang membanggakan. Disaat orang-orang hanya berkutat dengan lagu-lagu galau mainstream, gue disini berevolusi dengan menghapal lirik-lirik lagu jepang yang entah gue ga tau maknanya apaan. Hidup gue ga lagi berasa linier. Sedap…

Beberapa orang mungkin menganggap gue aneh, dan ga asik dijadiin temen buat ngobrol. Karena dipikiran mereka, gue adalah seorang freak dan nerd yang cuma tau tentang hal-hal cupu kayak komik, kartun, dll. Ga bakal bisa nyambung kalo diajak ngobrol. It’s okay, gue udah terbiasa juga sih asyik sama dunia sendiri.. Sepi? Gue ga ngerasa sepi, karena saat itu gue juga punya beberapa temen yang sehobi dengan gue. Teman-teman yang kalo diajak ngobrol bisa nyambung ama gue.

Kadang gue kagum ngeliat band jepang yang bisa dengan bebas membuat lagu, dengan tema-tema yang tidak membosankan. Ga cuma itu-itu aja. Beda sama musisi-musisi ditempat kita. Belum bisa mengalahkan domiasi lagu-lagu galau. Mungkin memang ada yang ga kayak yang gue sebutin, tapi ga banyak kan? Atau mungkin gue yang ga tau? Atau mungkin selera gue memang ga sampe situ?

Tapi sejauh mata memandang, di lingkungan gue cuma tersedia lagu galau yang dibawakan band mainstream. Lagu yang ga jauh-jauh dari nada cinta, melankolis, dan suara mendayu-dayu.

Gue mulai berpikir, apa yang membuat mereka menyukai lagu-lagu melayu bernada galau yang ga ada bikin semangat-semangatnya gitu? Oh, mungkin kondisi yang saat itu mereka alamilah yang merupakan salah satu faktor yang membuat mereka menyukai lagu-lagu demikian. Mungkin bisa dibilang sebuah usaha untuk curhat lewat lagu…

Dan terkadang lagu yang sedang diputar itu biasanya menunjukkan kondisi hati dan pikiran yang dialami sama si pendengar lagu tersebut. Contohnya, hashtag #nowplaying itu yang menurut gue lebih dominan ke ‘kode’ untuk seseorang, memberitahukan secara tidak langsung suasana hatinya pada saat itu. Who knows?

Sesekali gue memperhatikan jenis aliran musik yang disukai temen-temen gue dan mencoba mencari tahu apa asyiknya. Namun sayang, gue lebih suka musik-musik beraliran seperti yang udah gue sebutin sebelumnya. Mencoba tetap pada pendirian.

Tetapi saat mulai masuk SMA, disini aliran musik gue goyah. Gue udah mulai jenuh membahas segala sesuatunya mengenai jepang. Entah kenapa membahas lagu jepang dihadapan temen-temen gue bikin gue menjadi terlihat seperti orang konyol, kekanak-kanakan. Apakah gue mulai terikut arus mainstream, hingga pendirian gue mulai goyah? Atau gue mulai mendengarkan "kata-kata" dari mereka dulu, dimana mereka menyebut gue dengan seorang freak dan nerd yang aneh? Hmmm.

Kebetulan pas SMA gue merupakan murid pindahan, dan mungkin hal ini juga yang membuat gue jadi lebih tertutup. Semuanya terasa di restart, diulang dari awal lagi. Entah itu teman, musik, kepribadian, cinta, semuanya seolah diulang dari pertama. Seakan-akan gue baru pertama kali bertemu mereka semua. Dan perlahan gue mencoba menemukan kembali jati diri gue yang hilang, mengisi kekosongan gue atas nafsu melahap musik yang menggebu-gebu. Gue mencoba melihat kondisi di lingkungan baru gue. 

Fauzi, cenderung menyukai lagu-lagu dangdut dan lagu melayu seperti ST-12. What?! Hell no! Kemudian Bambang, yang cenderung menyukai band-band Indonesia yang lagi ngetrend, sama halnya seperti  Randa. Lalu ada Rio yang merupakan penikmat lagu-lagu indie dan beraliran keras seperti hardcore. Hmmm...

Akhirnya gue memutuskan untuk menjadi seorang fans dari Avenged Sevenfold. Band yang gue tahu dari SMP, namun baru sekarang menyadari potensi dan daya tarik apa yang band ini miliki. Apalagi setelah mengetahui beberapa temen gue ternyata juga menyukai band ini. Nadira, Fatih, Febry, Dean, Ajir, dan masih ada lagi yang lain.

Gue beranggapan orang-orang yang menyukai band ini bakalan dianggap keren. Dan faktanya mereka itu memang keren sih. Hahaha…

Mulai saat itu gue bener-bener tergila-gila dengan segala sesuatunya yang berbau Avenged Sevenfold. Segala video dan lirik lagunya gue cari. Ga lupa gue cari biografi dari tiap-tiap personilnya. Benar-benar seperti tengkorak dengan dua sayap di kepalanya… (Devil Bat; Logo band Avenged Sevenfold)

Terus saja waktu berjalan, dan demam lagu Kpop pun mewabah dikelas gue. Waktu itu gue masih kelas 2 SMA, dan kebetulan temen-temen gue lebih di dominasi cewek. Otomatis gue juga jadi ikut kecipratan info tiap ada lagu-lagu ataupun info-info mengenai Kpop ini.

Sebenarnya gue kurang suka, apa yang bisa dibanggakan dari sebuah lagu yang lebih banyak menggunakan autotune? Mengandalkan wajah? Tari-tarian? Lelaki feminim? Cewek yang keliatan centilnya kelewat batas? Gue kurang suka dan ‘saat itu’ masih belum bisa menemukan seni disitu.
FYI diwaktu itu yang lagi ngetren kalo ga salah suju, 4minutes, wonder girls, snsd, dll.

Namun demikian, gue mencoba mencari tahu segala hal tentang Kpop ini dan berinisiatif mencari tahu biar gue bisa nyambung kalo ngobrol dengan mereka. Ya, agar bisa membaur dan memiliki bahasan jika diajak mengobrol dengan mereka. Sekalian untuk menambah wawasan bermusik gue, biar lebih berwarna.

Di SMA gue merasa agak sulit untuk beradaptasi. Tapi untungnya para cewek disini ga sombong, malah seingat gue mereka yang berinisiatif duluan kenalan dan pengen lebih tau jauh tentang gue. Jadilah kami teman. Teman? Hmmmpf…

Dan setelah berkutat dengan kpopers,  ga lama kemudian gue akhirnya menemukan aliran musik yang benar-benar cocok buat gue. Aliran yang mayoritasnya menggambarkan sebuah pemberontakan dan kekacauan, sebuah aksi rusuh dan segala macamnya. Lagu-lagu screamo, hardcore, underground, dan semua yang berteriak.

Dulu gue benar-benar ga mengerti apa sih asyiknya lagu hardcore? Teriak-teriak ga jelas, ga tau liriknya apaan, aneh! Apa yang bisa diambil dari lagu-lagu seperti ini?

Saat itu yang getol memutar lagu-lagu seperti itu adalah si Rio dan si Juli. Mulai dari Alesana, Asking Alexandria, Bring Me The Horizon, dan beberapa band-band Indonesia lain yang memiliki aliran kurang lebih demikian. Gue yang awalnya ga suka sama sekali, mencoba untuk membedah lagu-lagu itu. Instrumennya, skillnya, serta makna yang terdapat di tiap-tiap liriknya. Hasilnya?

Tanpa gue sadari alam bawah sadar gue merubah pendapat gue tentang lagu-lagu ini. Ya, mereka unik. Mereka itu gila. Dan ini memang benar-benar keren!

Terlebih lagi lirik-lirik yang ada di kebanyakan lagu mereka adalah lagu-lagu yang dikhususkan untuk remaja dengan masalah dan problema hidup variatif. Korelasinya? Gue ngelihat apa yang terjadi di diri gue adalah sebagai pelampiasan. Umur yang semakin bertambah, cara berpikir yang semakin dewasa, proses pencarian jati diri pun sedang getol-getolnya gue jelajahi. Ditambah masalah-masalah yang sebelumnya ga pernah ada, kini mulai muncul. Contoh sederhana, cinta.

Kata orang cinta itu indah, cinta itu menyenangkan. Semua tentang cinta adalah hal yang patut dikagumi dan disyukuri, karena cinta itu membawa kehdupanmu menjadi lebih indah. Benarkah demikian? 

Dan inilah gue diwaktu itu. Mungkin lagu-lagu seperti ini bisa menjadi pelarian gue. Setiap teriakan-teriakan di lagu ini membuat ge lebih rileks dan lebih tenang. Depresi yang mengikat seolah mengendor dengan perlahan. Inilah yang terjadi, dan faktanya orang-orang yang menyukai lagu jenis ini adalah orang-orang dengan banyak masalah dan sering stress di hidupnya. Kampret ya. Melarikan diri ke seonggok musik, karena sudah muak dengan makhluk bernama manusia?

Inilah hidup. Kalian mungkin bisa saja tertawa dan tersenyum bersama teman-temanmu, tanpa perduli terhadap seseorang yang diwaktu itu mungkin sedang menangis meraung-raung karena dirimu.

Mungkin saja disaat ini kamu memang tidak memerlukan mereka yang memerlukanmu, tapi roda selalu berputar bung! Sesuatu tidak akan terasa berharga jika kamu belum kehilangan hal tersebut.
Maka peka lah sedikit terhadap orang-orang di lingkunganmu.

Dunia ini memang penuh dengan segala macam misteri dan keindahan yang tak pernah bisa kita ungkap semuanya. Entah itu hal-hal yang sudah kita ketahui dan kita sadari, ataupun mungkin sisi lain yang belum dijamah oleh tangan manusia. Faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain, serta memori yang tercipta untuk membandingkan yang dulu dan kini…

Dan mau tak mau harus diakui, selera musik seseorang mencerminkan kepribadian orang itu.

Quotes:Terkadang kamu menyukai sebuah lagu bukan karena musiknya yang bagus, tetapi karena musik inilah yang benar-benar memahami dan menunjukkan keadaanmu diwaktu itu.”


Posted on 2014

Komentar

Terpopuler

Hari Yang Tak Biasa

Menghilang Sejenak