Hari Yang Tak Biasa



Keheningan mutlak menemani teduhnya malam ini. Di atas tempat tidur, pikiranku menerawang jauh menuju sebuah kenangan masa lalu. Sebuah ingatan basi... Yang entah telah berapa lama telah berlalu, hanya bisa kuterka-terka sambil tersenyum kecut. 


Sejenak ku tersadar. Sekeras apapun ku mencoba, kehadirannya ternyata belum juga hilang dari hidupku. Lalu tanpa terasa semuannya mengalir menyusuri jejak usang di masa lalu. Lamunan dan sebuah curahan hati mengusik sedikit kenangan lama yang sudah terkubur. Memori membawa Aku kembali ke beberapa tahun yang lalu.

Aih, betapa sering ku menjelajah yang bukan masaku.

Diawali dengan rutinitas yang sama seperti hari-hari biasanya. Bangun di pagi hari seperti biasanya, pergi ke kampus seperti biasanya, bersosialisasi seperti biasanya, bergaul dan berkumpul dengan teman-teman seperti biasanya. 

Dan sama seperti biasanya, ku tidaklah terlalu responsif, ekpresif, dan agresif terhadap hal-hal dihadapanku. Begitu pasif, jenuh, dan penuh dengan riwayat kebosanan.

Demikian ada satu hal yang tidak biasa di hari ini, lain dengan hari-hari yang lain.

Sangat biasa yang tidak biasa.

Entah kenapa saat ini muncul begitu banyak hal-hal yang mengusik kepalaku. Terlalu banyak hal yang mengganggu dan mengusik kedamaian di hati. Banyak pemikiran-pemikiran yang tidak perlu terlontar dari otak dan logika… 

Sedari tadi terus bersahut-sahutan, berkecamuk ibarat sebuah kapal raksasa yang menimbulkan riak dilautan yang tenang. 

Bising dibuatnya.

Lalu di pagi itu ku sengaja menunggu sang mentari muncul sembari meminum teh hangat yang ku seduh seorang diri. Suasana begitu tenang di ruangan ini, begitu senyap dan hening. Jauh dari hingar bingar kesibukan pagi yang biasa kulihat. Entahlah.

Hari ini terasa lebih sunyi dari biasanya. Walau dihari-hari biasa pun ku juga merasakan pekatnya dingin hening, tapi kali ini kurasa sesak berkali-kali lipatnya.
 
Lalu kusadar, di hari ulang tahun ini ku hanyalah seorang diri. Ayah, Ibu, dan adikku sedang pergi menikmati indahnya libur entah dimana pun itu. 

Ya...

Fakta bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-19 adalah hal yang tiada istimewa memang. Tiada yang bisa diceritakan memang. Tiada yang terasa spesial memang. Dan tiada yang bisa dipamerkan memang.

Dan ini adalah hari ke-6 semenjak Aku ditinggal sendirian disini. Bukan pertama kalinya, namun sunyi dihari ini memang harus diakui terasa tidak biasa. Sendiri disaat hari seperti ini, sebuah sensasi tersendiri. Layaknya embun menemani subuh, menunggu terbitnya sang mentari.


Masih jelas dimemori, saat-saat dimana Aku dan yang lainnya memberikan surprise kecil-kecilan untuk Shaw dirumahnya. Anak-anak grup CNA dan para CO juga mengadakan rapat dirumah Shaw bertepatan dengan hari ulang tahun dia.

Kami mengalihkan perhatiannya agar tidak sadar dengan rencana yang sudah dibuat. Kami semua pura-pura mengalihkan perhatiannya dan menyiapkan kue kecil berhiaskan lilin untuknya. Lalu kami memberikannya disaat yang tak terduga, surprise dan tak disangka-sangka.

Dia terharu, kami terharu. Momen-momen keakraban yang pekat tidak diragukan lagi mengalir dengan derasnya disaat-saat seperti ini. Tawa dan bahagia langsung pecah, mengisi kekosongan di tiap-tiap orang yang menghadiri surprise ini. 

Hayley, Buya, Drake, Bryan, Fidel, Young, Jeff. Mba Dylan…… Ah, Aku lupa siapa lagi yang ada disana waktu itu. Kebahagiaan, canda dan tawa, keceriaan, dan segala haru biru jelas terpancar di tiap wajah mereka-mereka yang ada.

Terkecuali Aku. 

Masih terlintas juga sedikit kilas balik saat Bryan dihadiahi kopi, tepung dan hal-hal lainnya di hari ulang tahunnya. Kami mentertawakan dia dan begitu senang melihatnya penuh telur pecah dan tepung-tepung itu.

Dan juga Wan yang dengan suasana yang mengarukan diberi kejutan dirumah kak Elly, saat semuanya hadir disitu. Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun dan menyampaikan do’a-do’a kepada si Wan.

Semuanya terlihat peduli. Terlihat benar-benar memiliki sebuah ikatan yang berharga dan tidak bisa didapat dengan cuma-cuma.

Kehangatan yang tidak biasa ini langsung saja mengusik hati  Aku. Menelisik secercah keberadaan sosok yang sudah lama tidak menemukan hal bernama teman-teman. Kenapa aku tak pernah seperti mereka? Kenapa ku harus slalu bersusah payah agar bisa seperti mereka? Apa beda aku dan mereka?

Lalu tanpa kusadari aku sudah dipenuhi oleh perasaan asing yang membungkusku sedari lama. Aku merasa iri.

Iri terhadap kalian yang memiliki teman-teman yang peduli. Iri dengan kalian yang mendapat banyak ucapan dan momen berharga untuk dikenang di hari ulang tahun kalian. Iri, karena kalian memiliki teman-teman dan orang-orang yang benar-benar bisa diandalkan. Mengusir sepi, mengusir jenuh, mengusir segala macam kondisi negative yang bisa saja terjadi disaat kalian sendirian. Iri, kalian memiliki teman untuk sharing, bercerita, berkeluh kesah, ataupun bersenda gurau untuk mengisi hari hari.

Ahhhh. Kenapa tiba-tiba kujadi melankolis begini?

Entah.

Dari dulu sampai sekarang tak pernah ku terlalu ambil pusing dengan hal semacam ini. Kuanggap sama layaknya hari lain. Tak pernah kudapat kejutan atau apapun, tak pernah dilempar tepung atau apapun, karena memang hakikatnya ku disini hanya memiliki teman yang bisa dihitung jari. Teman disini kumaksudkan tak cuma sekedar kenal nama, tak sekedar kenal karena sekelas, ataupun hal-hal sampah lainnya yang terkadang terasa memuakkan.

Apakah aku akan baik-baik saja dengan hanya memiliki sedikit teman? Harusnya iya! Tapi... Mereka terlihat sangat bahagia, berbeda denganku yang malah sedih melihat keceriaan mereka.

Aku juga ingin cahaya. Tak ingin selalu berduka, tak mau punah dan lalu menjadi seonggok sejarah.  Menyisakan duri dan sunyi yang terasa sakit ketika ku seorang diri.

Ini sangatlah aneh... Aku yang seharusnya merasakan nikmat walau sendirian, malah terusik oleh hal sepele seperti ini. Apa yang sedang terjadi? Kenapa tiba-tiba ingin memaki?

Melihat sebegitu banyaknya ucapan yang mengalir, melihat sebegitu banyaknya orang-orang yang care, melihat sebegitu besarnya perhatian dari orang-orang yang mengatasnamakan teman dan kawan.
Semuanya terlihat terlalu indah di mata Aku yang terbiasa dengan kesunyian. Iri dengan kehidupan yang lebih riuh dan ramai dari yang Aku miliki!

Lalu tak lama kemudian, Aku mencoba berpikir dengan jernih di balkon dirumah Faisal. Dengan santainya, Aku mencoba memahami situasi yang ada disini diringi lagu dari Efek Rumah Kaca – Sebelah Mata yang Aku ulang-ulang entah sampai berapa ribu kali. Aku sekuat tenaga mencoba menyembunyikan kegelisahanku sebagai manusia, namun mereka yang disana menghakimiku sebagai sosok lemah yang tak berdaya.

Aku hanya inginkan simpati mereka, memohon berbagi sedikit kebahagiaan dan pengertian akan rasa kebersamaan. Apa daya ekpresiku disana hanya memancing cemoohan dan menjadikanku bahan tertawaan. Bahagia mereka diatas bermuram durjanya diriku. Pada akhirnya senyum paksa kulepaskan dan berharap hari ini hilang sesegaranya.

Disaat seperti inilah slalu kucoba tuk renungkan banyak hal.

Hari yang seharusnya menjadi hari yang bisa dikenang. Bisa disyukuri karena kubisa melaluinya, apakah harus ditakuti karena seringai dari sang sunyi?

Apa yang akan didapati di hari ulang tahunku nanti? Sudah siapkah untuk menerima kenyataan bahwa tidak ada satupun teman-temanku yang mengingat hari ulang tahunku? Sebegitu pentingnya kah momen hari ulang tahun ini dimataku?

Entah kenapa Aku jadi semelankonis ini. Takut tidak punya teman. Padahal sebelum-sebelumnya aku masih mampu hidup tanpa seorang pun teman, apa yang harus dirisaukan?

Ada yang salah. Entah apalah itu. Lalu tanpa sengaja aku tersadar.

Saat-saat dimana alunan musik menjadi lebih sendu dari biasanya. Saat-saat dimana setiap sepi dan sunyi yang menyendiri menjadi sebuah inspirasi dan kawan yang dirasa tepat untuk bersama sehidup semati. Saat-saat dimana kesendirian adalah definisi dari sebuah kenikmatan tiada tara, tiada banding, dan bebas dari kehampaan. Saat-saat dimana setiap kenangan yang dilalui diputar secara perlahan, secara pelan-pelan didalam hati dan nurani kita.

Otak berusaha keras mengingat apa-apa saja yang sudah terjadi selama ini…

Dihari ulang tahunku yang sebelumnya, apa saja yang sudah terjadi? Ah, kini aku ingat. Jika Aku ulang tahun, Aku yang sibuk mencari makhluk bernama teman-teman Kusiapkan reminder kesana kemari. Aku traktir kesana-kemari. Aku kumpulkan kesana kemari. Aku cari kesana kemari.

Tak jarang kudapati diriku hanyalah mengejar dan mencari bayang semu. Sehingga saat hari itu tiba yang kugenggam hanyalah diriku sendiri, merayakannya seorang diri. Dan begitu menyedihkannya sehingga aku merasa bahagia saat aku tertawa seorang diri bersama bayanganku sendiri.

Tanpa hal seperti itu maka tak ada yang mau ikut merayakannya bersamaku. Tak ada yang mau mengingat hari ulang tahun Aku.

Dan masih terukir jelas, di hari ulang tahun yang ke-19 ini, Aku merayakannya hanya seorang diri. Tanpa ucapan ataupun pesta-pesta maupun perayaan-perayaan yang biasanya akan dihadiri oleh orang-orang dekat.

Hari ini berlalu seperti biasa. Tak ada yang spesial ataupun berbeda. Sama saja seperti hari-hari biasanya. Dari pagi hingga malam, semuanya sama saja. Seperti layaknya rutinitas yang apa adanya.

Nonton TV, main computer, online, makan, tidur, ngampus. Semuanya biasa saja. Semuanya ku lakukan sendirian.

Aku yang notabene adalah seorang penyendiri, pemurung, dan seorang freak ini jelaslah tak punya banyak teman dan kawan untuk diajak berbagi. Karena sahabat terbaik diriku adalah kesunyian. Kesunyian tiada akhir, sebab dia takkan menyakiti hati yang telah membatu.

SENDIRI SAMPAI TERASA MUAK.

Rumahku hari ini adalah definisi benar-benar sepi. Apalagi ucapan selamat yang ditunggu-tunggu tak kunjung tiba.

Orang yang paling dikasihi mengabaikan rindu, makanya bisa sepi didalam keramaian. Semua hal ini tidak mengubah fakta yang ada, semuanya lupa.

Semuanya pergi entah kemana.


"Aku juga ingin cahaya. Tak ingin selalu berduka, tak mau punah dan lalu menjadi seonggok sejarah.  Menyisakan duri dan sunyi yang terasa sakit ketika ku seorang diri." (Angra)

Komentar

Terpopuler

Menghilang Sejenak

Musik x Cermin x Hidup