Waktu Pulang


Waktu perjalanan pulang menuju Depok, mata gue terfokus memandangi kemacetan yang terhampar di sepanjang jalan Pasar Minggu.


Parah sih ini... Macetnya bukan main. Maju ga bisa, mundur apalagi. Benar-benar terjebak di dalam kemacetan ibu kota Indonesia. Situasi seperti inilah yang gue rasa cukup untuk membuat pikiran bisa melayang entah kemana.

Sembari kepala cabang dan driver lagi ngebahas percakapan yang seru, entah kenapa tak satupun topik pembicaraan mereka masuk ke telinga gue. Gue malah lebih tertarik mengamati kondisi dan situasi jalan yang saat ini penuh juga riuh.

Saat ini indera penglihatan gue lebih dominan dibandingkan indera pendengaran gue. Maka segala percakapan yang terdengar di dalam mobil ini tak satupun yang bisa didengarkan. Suasana di luar jauh lebih menarik untuk dikonsumsi.

Ada pengamen. Ada ibu-ibu pengemis dengan bayi di gendongannya. Ada pula pemotor yang berboncengan bertiga, menurut gue sih itu dia boncengan bareng istri dan anaknya.

Berbagai ragam ekspresi bisa gue lihat di sekeliling gue.

Ada yang terlihat marah, ada yang terlihat letih, ada pula yang terlihat santai saja sembari menyeka peluh yang bercucuran di wajahnya. Gue membayangkan jika posisi gue saat ini dibalik dengan mereka semua yang ada di jalan. Kayaknya gue bakal menekan klakson secara kontinyu dan mengeluarkan kata-kata binatang gegara situasi kemacetan yang parah ini. Disisi lain juga gue kagum dengan beberapa dari mereka yang masih bisa tersenyum dan rileks di hadapan kemacetan Jakarta.

Ditengah-tengah lamunan gue, tiba-tiba tetes hujan bermunculan dan dalam sekejap berubah menjadi hujan deras yang membasahi aspal jalanan.

Kemacetan yang didominasi oleh motor motor pecah dan terurai dengan sendirinya. Masih terbayang di benak gue tentang kondisi si pengamen yang tadi melintas di samping mobil. Masih teringat tentang ibu pengemis dengan bayi di gendongannya. Dan juga si pemotor yang berbonceng tiga dengan keluarganya. Bagaimana nasib mereka? Apakah mereka sempat untuk mencari tempat berteduh? Atau mereka memutuskan untuk menerobos

Bersyukur.

Gue bersyukur masih bisa menikmati pulang kerja dalam keadaan sehat dan nyaman. Gue masih bisa menikmati tiap-tiap pemandangan, bunyi klakson yang bersahutan, dan sebagainya dari dalam kendaraan yang nyaman ini.

Alhamdulillah.

Komentar

Terpopuler

Hari Yang Tak Biasa

Menghilang Sejenak

Musik x Cermin x Hidup