Bendera Perang
Hai. Aku kembali.
Aku terlahir lagi dengan sedikit modifikasi, aku telah mencerna
semua yang telah ku alami. Kuambil intisari bahwa segala hal yang pernah buatku
mati malah membuatku lahir kembali. Sosok yang lebih kuat dan lebih percaya
diri. Takkan tumbang walau ditunjuk dengan seribu kendali.
Satu hal yang paling mencolok adalah sebuah mahkota terpasang
di kepala. Ya... Akulah sang Raja, pemimpin singgasana kerajaan seluruh dunia.
Tak ada yang bisa membantah, tak satupun yang berani. Akulah sang Tirani. Tanpa
berhenti aku akan menghakimi pendudukku dengan keji. Jika ada yang tak patuh,
maka akan aku habisi.
Tadinya kupikir kau cukup bijak untuk tak lagi pernah mengusik hidup baruku. Tapi ternyata kau lebih suka untuk bermain api. Maka inilah aku di hadapanmu, menampakkan seringai yang membuat bulu kudukmu berdiri. Salahmu sendiri yang memancing amarah yang kuanggap telah lari. Seolah kau cukup pintar dan berani dalam menyusun huruf-huruf mati.
Di hadapanmu, air liur ini menjadi semakin kental dan
tak berhenti membasahi rongga mulutku. Membuat ucapanku tajam dan tak
bertulang, seolah pedang dan mulut menjadi satu. Oh ya, aku sudah beberapa
bulan ini berhenti mengumpat masa lalu. Aku berdamai, hingga luka-luka lama
yang membiru menjadi tak nampak lagi dalam cermin di depanku. Mereka semua
berganti dengan batu kokoh yang menutupi kulitku.
Memegang kendali atas hidupku sendiri tak pernah semenarik
ini. Hidup dan matimu berada di sela-sela telapak kaki. Jika kumau, kau akan
kuinjak dan sosokmu takkan bisa muncul kembali. Musnah dan lenyap tak bersisa
hingga ke memori. Kubuat kau menyesal karena sudah pernah menyakiti. Takkan bisa kau hidup tenang hingga pilihan paling mudah bagimu adalah mati.
Maka berhati-hatilah kau dalam memilih kata-kata.
Jika kau salah sedikit saja, maka kau bisa saja lenyap untuk
selama-lamanya. Kukutuk dan kulenyapkan semua hingga seluruh turunanmu tiada. Menderitalah dalam lingkaran setan yang kucipta, meraunglah sekuatmu hingga putus tali pita suara. Iblis-iblis dan prajuritku takkan berhenti sampai kau memohon mati.
Berhati-hatilah.
Aku, sang raja tirani takkan pernah lagi bisa mati.
Aku, sang raja abadi akan selalu mengawasi.
Sang raja dalam imaji takkan pernah ingkar janji.
Kau ingin bermain? Ayo kita bermain russian roulette. Aku mengisi pelurunya, kau memasang taruhannya, lalu arahkan moncong pistolnya ke kepala dan mari kita mulai mewarnai dinding kusam ini dengan isi otak kita.
Kau ingin bermain? Ayo kita bermain russian roulette. Aku mengisi pelurunya, kau memasang taruhannya, lalu arahkan moncong pistolnya ke kepala dan mari kita mulai mewarnai dinding kusam ini dengan isi otak kita.
Di suatu hari kita berbicara, banyak. Kukira kau mendengarnya dengan baik, lalu mengilhaminya dalam nadi kehidupanmu. Ternyata aku kurang tepat.
BalasHapusDi suatu waktu, kau bertanya yang tentu saja kujawab dengan sebenar-benarnya. Kukira kau gunakan jawabanku. Ternyata kau tak pernah benar-benar butuh jawaban orang lain.
Di suatu tempat, kita lakukan apa yang menjadi kesukaanku yang semoga saja saat itu juga kesukaanmu. Kukira semua keluh dan burukmu bisa kau alihkan pada media gambar itu. Tapi ternyata kamu tak benar-benar menyukai kegiatan itu.
Tak mengapa, kau jadi apa seperti maumu.
Aku hanya mengenalmu saat itu, saat aku hampir kehilangan keyakinanku, kamu dengan sisi terbaikmu.