Kamis


Lingkunganku sampai hari ini pun masih saja hambar. Masih saja dipenuhi oleh individu-individu yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Sampai hari ini, aku masih kokoh pada pikiranku. Kuyakinkan pada diri ini bahwa mereka di sekelilingku adalah sebuah fenomena berupa fatamorgana nyata.

Jujur, aku sejak awal membenci mereka. Tatapan yang diberikan setiap melihatku adalah tatapan yang berbalutkan rasa kasihan, sementara yang kulihat darisini mereka hanyalah sekumpulan asap yang tak tersentuh, namun sedari tadi sesak memenuhi ruangan.

Nada bicaranya adalah suara sumbang yang tak pernah kuterima dengan lapang dada. Emosi, sesak, dan amarah setiap mendengarnya berkata-kata. Kuyakin mereka tiada yang merasa, tapi senyumku sudah cukup untuk menipu mereka semua.

Kenapa manusia diciptakan sebagai makhluk yang membutuhkan orang lain?

Atas nama makhluk sosialis, mereka bergerilya disaat hanya mereka membutuhkan sesuatu. Setelah itu semuanya hilang bak ditelan bumi. Tak meninggalkan jejak apapun selain aksi palsu yang disebut empati. Padahal dibelakang kalian menyumpahiku untuk mati.

Aku tidak ingin seperti mereka.

Aku bukanlah mereka.

Menjadi penjilat dengan nama makhluk sosialis yang hanya datang saat mereka butuh saja. Sementara disini akulah nyawa nyata yang bangga sebagai makhluk individualistis, setidaknya aku tak membual merayu hanya demi membaur di ekosistem ini.

Kalian adalah palsu. Merasuk dan menjelma seperti benalu. Sungguh masing-masing dari kalian adalah sampah masyarakat yang merasa paling benar, paling tinggi, dan paling tahu. Padahal nyatanya perkataan dan tindakan kalian tak pernah bisa saling bertemu.

Hari demi hari, kebencian ini semakin menumpuk.

Untuk sementara biarlah kunikmati semua makanan yang dihidangkan di hari ini. Lihat saja... Suatu hari, aku akan muntahkan semua isi perutku sebagai menu sarapan kalian.

"Tunjukkan bahwa kau tidak sama dengan mereka!" - Angra

Komentar

Terpopuler

Hari Yang Tak Biasa

Menghilang Sejenak

Musik x Cermin x Hidup