Tour Rasa Micin
Halo seluruh pembaca yang budiman, apa kabar? Sehat? Ya syukur deh kalo sehat. Gue disini lagi sakit, tapi bela-belain nulis postingan ini. Makum deadline udah dekat bro. Tanpa basa-basi lagi, kita langsung aja menuju pokok permasalahan.
Pas libur semester satu, gue dapet kabar kalo temen-temen
gue berencana buat ngadain tur ke singkawang rame-rame satu kelas. Tentu aja gue
ga bakalan ngelewatin momen ini. Kapan lagi coba bisa ngumpul rame-rame bareng
mereka? Secara, semester 2 nanti gue ga yakin bisa sekelas lagi sama kelas yang
ini.
Yang ada dipikiran gue adalah bagaimana caranya membuat
liburan ini menjadi seasyik mungkin. Menjadi semenarik yang gue bisa, menjadi
sebuah momen yang ga bakalan gue bisa lupain. Berbekas, membekas, dan
meninggalkan memori indah didalam sosok gue yang haus akan keramaian teman…
Mau gimana lagi? Selama gue duduk di bangku SMA, gue hampir ga pernah bisa mendapatkan momen-momen seperti ini. Bahkan sebelum-sebelumnya pun juga sama. Makanya untuk rencana liburan kali ini gue berasa excited banget. Dan gue bertekad untuk membuat liburan kali ini menjadi one of my best memories in my life.
Planning pun disebar. Dan apa yang terjadi setelah semua
disebar? Ada yang ga bisa, ada juga yang mengeluhkan waktu yang ga pas. Dia
juga lagi sibuk katanya. Kami pun mencari waktu yang pas, sebuah waktu dimana
semuanya bisa meluangkan waktu untuk bersenda gurau bersama-sama, berbagi ceria
dan canda tawa.
Hampir satu bulan lebih rencana ini hanya menjadi rencana.
Banyak sekali hambatan dan rintangan yang dihadapi ketua kelas kami. Ya, dialah
yang memiliki inisiatif mengadakan acara ini. Dan gue agak kasihan juga, karena
tidak semua temen-temen disini yang pro dengan idenya itu. Ada yang ingin
menolak, dengan member berbagai macam alasan…
Tapi memang kelas kami sudah membulatkan tekadnya,sudah lama
merencanakan tur ini. Ya. Tur yang sempat terancam gagal akhirnya berhasil di fix kan.
Hingga tiba pada hari yang ditetapkan, pada pukul 4 pagi gue
udah bangun. Sialnya waktu itu gue ngerasa ga enak badan. Gue tau itu, there’s something wrong with me. Tapi
gue berpikir mungkin ini Cuma demam yang biasa gue alamin kalo bangun pagi.
*ketahuan doyan bangun siang wkwk*
Malam tadi sebenarnya gue pengen ngasih kabar ke hani
tentang hal ini, tapi sepertinya ga pernah ada momen yang pas buat gue ngasih
tau dia. Entah kenapa kini muncul kesan kalo gue ngehubungin dia ujung-ujungnya
jadi disturbing. Rindu? Ya sebenarnya ada. Tapi apa daya gue ga bisa
ngapa-ngpain. Mungkin memang gue harus nunggu dia yang ngeuhubungin gue duluan?
Bukan hal yang mustahil memang. But… Ah. Forget it.
Ditengah kegalauan karena gue ingin sekedar saling sapa, gue
memutuskan untuk tidak menghubunginya. Ada sedikit perasaan takut kalo ternyata
gue bakalan dicuekin. Perasaan ngeri apabila perasaan ini diabaikan.
Segera gue mandi dan makan. Sembari menungu si Tio kerumah.
Ya, dia rencananya mau pergi bareng gue ke lokasi TKP berkumpulnya anak-anak.
Sembari menunggu, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal pikiran gue diwaktu itu. Rasa yang merobek-robek
rasa nyaman yang tertuang disekujur tubuh gue.
Setelah menunggu agak lama, Tio akhirnya datang juga. Dan
berdasarkan jadwal, bisa dipastikan kami bakalan telat datang kesana. Kami
lumayan cemas, soalnya ada himbauan dari si ketua kelas. Katanya kalo kita
telat, nantin bakalan ditinggal sama bisnya. Fuck.
Dengan terburu-buru kami menuju ke lokasi. Untungnya suasana
pagi dan sejuk ini membuat jalan-jalan dikota ini masih sepi.
Dan kalian tau? Saat kami datang kelokasi, ternyata yang
datang baru sedikit banget. Kampret….
Yah ga papa deh. Daripada telat, lebih baik nyampe kepagian.
Walaupun berdasarkan jadwal kami datangnya telat, ternyata kami masih kepagian.
Oh oh oh…
Handycam pun gue kasih ke Tio, dan dia otomatis mendapat
tugas menjadi pubdok. Tugas yang menurut gue ga enak, soalnya dia ga bakalan
masuk kamera. Hahaha…
Setelah menunggu beberapa lama, bis pun akhirnya datang. Dan
yang lebih mengejutkan lagi ternyata bis yang datang ini udah dipenuhi sama
beberapa anak-anak yang lain. Wah kampret, ternyata mereka ngumpul ditempat
lain, baru semuanya kesini. Pantes pas kami datang disini masih sepi.
Satu-persatu yang lain juga datang. Dan yang paling gue
inget, Tukiminlh orang yang paling terakhir datang. Semuanya kesal karena
Tukimin datangnya ngaret, padahal rumahnya ga jauh-jauh amat dari lokasi.
Gue: “Tukimin mana sih?”
Febry: “Tidur.”
Febry: “Tidur.”
Percakapan diatas adalah sebuah pertanyaan dengan jawaban
yang konstan yang ga akan pernah berubah. Maksudnya? Gini loh maksudnya. Kalo
ada yang nanyain “Tukimin lagi dimana?” ataupun “Tukimin lagi apa?” maka
jawaban yang akan terlontar dari gue dan febry adalah: “Tidur.”
Ya, Tukimin kalo udah tidur susah banget dibangunin. Dia itu
keliatannya ga bisa ngatur waktu tidurnya, dimana jam orang tidur dia malah ga
tidur, dan jam orang beraktivitas dia pake buat tidur. Gue juga ga tau apa
penyebabnya bisa jadi kayak gitu, tapi yang jelas kalo kebiasaan jeleknya ini
ga diubah, kelak dia bakalan dapat masalah serius karena hal ini.
Dan Tukimin pun akhirnya datang juga. Dengna kata lain
semuanya udah ngumpul dan bisa pun bisa berangkat.
Perjalanan dimulai.
Sepanjang jalan kami bernyanyi dan bercanda-tawa. Momen yang
sayang sekali untuk dilewatkan. Semuanya happy, semuanya senang, semuanya
tertawa dan menunjukkan ekpresi riang ceria terbaiknya. Kecuali gue…
Sekeras mungkin gue mencoba membaur dengan atmosfer di bis
ini, namun sepertinya sia-sia. Walaupun ga satupun menyadari topeng yang gue
pakai, tetep gue ngerasa ada yang mengganjal.
Gue mencoba menuliskan sesuatu di twitter, memancing sebuah
metion yang gue harap bisa menghilangkan kegelisahan dihati gue. Tapi entah
kenapa matanya seperti tertutup. Entah kenapa tak Nampak sedikitpun do’a yang
menyertai gue diperjalanan ini. Apa yang salah? Apa yang kurang? Apa yang
hilang?
Sepanjang jalan otak gue berkerja ekstra keras mencari
jawabannya.
Ya, walaupun begitu tetap saja ada hal yang menarik untuk
diceritakan disepanjang jalan menuju Singkawang.
Taufik dengan matanya yang kemasukan maicih level 10, Tio
yang berlagak seperti sepasang reporter bersama Niil, yel yel yang membahana
keseluruh penjuru bis, ada yang mabuk darat disepanjang perjalanan, dan masih
banyak lagi kisah yang terangkum dalam tur kali ini.
Waktu terus berjalan, hingga kami akhirnya sampai ke tempat
untuk beristirahat sebentar. Waktu ini gue manfaatin buat foto-foto dan
menjelajah daerah sekitar situ.
Gue, Tukimin, Jefry, dan Himawan menerobos masuk ke semak-semak yang ada
disekitar situ dan entah bagaimana caranya kami ada disekitar pesisir pantai.
Sebuah scenery yang menakjubkan langsung terlihat disitu.
Dan tak
lama kemudian, perjalanan kembali dilanjutkan. Perjalanan dilanjutkan untuk
menjemput Febry di Singkawang. Nanti Febry lah yang akan menunjukkan
tempat-tempat yang akan kami kunjungi di Singkawang. Semacam Tour Guide gitu…
Ga beberapa
lama kami pun akhirnya ketemu ama si Febry. Berhubung si Febry naek motor, kan
ga enak kalo Febry sendirian doang. Jadi kami mengutus Tukimin buat nemenin
Febry naek motor menuju ke lokasi pertama yang akan kami kunjugi. Air terjun
sibohe.
Dan
ternyata gang tempat air terjun sibohe brada ga bisa dimasuki oleh bis, mau ga
mau kami mesti turun dipertengahan jalan dan melanjutkan perjalanan dengan
jalan kaki.
Kalian
tau ga? Perjalanan ke air terjun sibohe ini lebih berat dan berbahaya
dibandingkan dengan petualangannya si Indiana jones ataupun tintin.
Jarak yang
ditempuh cukup jauh, dan sinar matahari waktu itu cukup terik. Jalan menuju
kesana juga ternyata cukup terjal dan berbahaya. Salah-salah kami bisa masuk
jurang. Hehehe.
Tapi semua
letih dan capek kami terbayarkan begitu sampai ke air terjun Sibohe. Tempatnya
yang masih asri dan hijau, serta airnya yang jernih dan segar segera membuat
kami lupa dengan letih perjalanan kami yang panjang tadi.
Hampir
semua anak cowok disitu pada berenang, karena kami memang udah bawa baju ganti
sih. Baik yang bisa berenang ataupun nggak semuanya nyebur. Asyik banget!
Airnya bener-bener dingin.
Gue inget
banget Himawan hampir tenggelam gegara dia ga tau, kalo disitu ada
bagian-bagian yang dasarnya dalam banget. Dia megap-megap udah kayak ikan koi
abis dikasih bom. Wkwkwk!
Selesai
berenang disitu, gue ngerasa ada yang salah sama badan gue. Gue ga enak badan
guys…
Kayaknya
efek yang tadi pagi, terus dikombinasikan ama dinginnya air terjun disini.
Akhirnya gue demam tinggi dan mendadak jadi lebih pendiam dari sebelumnya.
Bahkan gue sempat tergelincir, dan alhasil sepatu gue basah semua.
Perjalanan
dilanjutkan ke batu burung. Selama perjalanan gue Cuma bisa diam dan keringatan.
Sakit. Badan gue suhunya mendadak jadi tinggi banget. Bener-bener bikin ga
comfort di bis. Dan bikin ga enak juga sama yang lain…
Sesampainya
di batu burung, gue ga bisa ikut mereka. Gue cuma bisa tiduran di bis. Dan
akhirnya mereka pergi. Tinggallah gue seorang didalam bis ini. Kesempatan
sendiri ini segera gue pakai untuk merenung. Siapakah yang benar-benar peduli
sama gue didunia ini?
Waktu memang
kejam, kadang mereka membuat seseorang menjadi berubah menjadi sosok yang tidak
kita kenali. Karena waktu memang bergerak maju, bukannya mundur. Begitu juga
roda, yang terkadang bisa membuat kita berada diatas, dan terkadang dengan
sekejap meletakkan kita dibagian terdasar dari sebuah melodi kehidupan.
Seseorang
yang sebelumnya dekat sekali dengan kita, sewaktu-waktu bisa saja menjadi
seseorang yang akan menganggap kita sebagai orang asing. Membingungkan memang. Membuat kita menjadi
serba salah dalam bersikap. Apakah gue juga mesti berubah? Atau tetap menjadi
yang dulu atas nama cinta? Dan sekali lagi, waktu jualah yang akan menjawabnya.
Semakin
lama kondisiku semakin buruk, semakin banyak kata-kata semu yang datang merasuk
kedalam pikiran. Tak terasa sudah 3 jam
aku sendirian di bis ini. Dan mereka pun kembali dengan rona penuh
keceriaan.
Sebagian
menanyakan keadaanku, sebagian menanyakan ketidakhadiranku tadi, dan sebagian
lagi acuh tak acuh kepadaku.
Sudah biasa, aku sudah biasa.
Sudah biasa, aku sudah biasa.
Akhirnya
waktu semakin larut dan kamipun pulang. Dijalan sempat ada tragedy bensin yang mohon maaf gue ga bisa certain disini. Pokoknya
kejadian itu bener-bener ngeselin satu isi bis.
Gue pun
nyampe lokasi, ga lama kemudian dijemput dan segera pulang. Pulang dalam
keadaan benar-benar rusak. Tur yang seharusnya menyenangkan buat gue entah
kenapa berubah hambar. Benar-benar ekspektasi yang jauh dengan realita.
Malam ini gue tertidur dengan perasaan sangat sedih...
Malam ini gue tertidur dengan perasaan sangat sedih...
Besoknya gue terbangun di pagi hari. Ah! Gue baru ingat subuh tadi seharusnya gue mengantar bokap gue ke bandara. Soalnya beliau mau pindah tugas ke Palangka Raya. Dan sebagai anak yang baik seharusnya gue mengantarkannya kan? Ya tentu saja, soalnya kami bakalan lama ga ketemu.
Tapi gue
jangankan bersalaman, mengucapkan selamat tinggal pun tidak. Benar-benar fatal... Momen krusial seperti ini bisa dilewatkan. Dan masih
saja, orang yang gue harapkan perhatiannya tak kunjung tiba. Aku kesepian,
dimana kamu?
Dalam
keadaan masih berbaring kembali pikiran menerawang ke masa dulu. Betapa
menyenangkannya segala sesuatu yang dulu. Andai bisa terulang, dan aku ingin
seterusnya berada dimomen itu.
Disini
sepi, aku ga betah.
Posted on July, 21th 2012
Komentar
Posting Komentar